Mengapa Westbrook Belum Mendapatkan Tim di NBA
Mengapa Westbrook Belum Mendapatkan Tim di NBA. Russell Westbrook, mantan MVP NBA 2017 yang dulu bikin gempar dengan triple-double beruntun, kini jadi misteri terbesar free agency musim 2025-26. Pada awal Oktober 2025, guard berusia 36 tahun ini masih tanpa tim, meski training camp sudah di depan mata dan musim reguler tinggal dua minggu lagi. Setelah opt-out dari kontrak satu tahun senilai 4 juta dollar dengan Denver Nuggets, Westbrook pilih jelajahi pasar bebas—tapi kini terjebak limbo. Alasan utamanya? Performa menurun, gaya bermain high-energy yang tak lagi fit dengan tim kontender, plus pasar NBA yang ketat dengan cap space minim. Kendrick Perkins, eks rekan setimnya di Thunder, blak-blakan: “Russ mungkin temukan diri di luar liga kalau tak cepat adaptasi.” Bagi fans, ini pil pahit—Westbrook, yang karirnya dari Thunder ke Rockets, Wizards, Lakers, Clippers, dan Nuggets, pernah rata-rata 20 poin tapi kini cuma 11,7 poin musim lalu. Dengan tawaran menggiurkan dari China CBA, pertanyaannya: apakah Westbrook tetep gigih ke NBA, atau ini akhir era? Mari kita kupas tiga alasan utama kenapa ia belum dapat tim. BERITA TERKINI
Performa Menurun dan Gaya Bermain yang Kurang Adaptif: Mengapa Westbrook Belum Mendapatkan Tim di NBA
Westbrook tak lagi Westbrook yang dulu. Musim 2024-25 di Nuggets, ia main 50 laga sebagai bench guard, rata-rata 11,7 poin, 5 rebound, 4,5 assist—angka oke untuk veteran, tapi jauh dari MVP 2016-17 yang 31 poin per game. Cedera Achilles 2021 dan usia bikin atletisismenya pudar; turnover-nya 3,6 per laga, shooting 43 persen, dan defense rating 115—buruk untuk tim playoff. Tim NBA sekarang haus guard efisien seperti Shai Gilgeous-Alexander atau Jalen Brunson, bukan high-volume shooter seperti Russ yang sering brick three-pointer (30 persen). Perkins bilang di podcast: “Ia tak bisa temukan tim karena gaya bermainnya egois—bukan tim-first lagi.” Di Nuggets, ia bagus sebagai energizer off-bench, tapi opt-out bikin pelatih Michael Malone kecewa: “Russ beri spark, tapi kami butuh konsistensi.” Ini alasan utama: tim kontender seperti Bucks atau Kings lihat ia sebagai risiko—bisa bantu rebound tapi ganggu flow offense. Tanpa adaptasi ke role player murni, pintu NBA makin sempit.
Keputusan Opt-Out yang Berisiko di Pasar Free Agency Ketat: Mengapa Westbrook Belum Mendapatkan Tim di NBA
Opt-out Westbrook dari Nuggets Juni 2025 adalah taruhan besar. Kontrak 4 juta itu aman—ia bisa jadi sixth man lagi di tim juara 2023—tapi Russ incar deal lebih bagus, minimal 10 juta per tahun untuk peran starter atau key reserve. Sayangnya, free agency 2025 penuh bintang: Klay Thompson ke Mavericks, DeMar DeRozan ke Kings, dan cap space tim besar seperti Warriors atau Clippers terkuras. Nuggets sendiri prioritas perpanjang Jamal Murray, tinggalkan Westbrook tanpa opsi balik. Agennya, Jeff Schwartz, hubungi 10 tim, tapi respons dingin: Blazers tawarkan 5 juta non-guaranteed, Pistons cuma camp training, dan Heat—mantan timnya—skip karena butuh shooter. Pasar ketat ini gara-gara luxury tax: tim over cap seperti Lakers takut denda 1,5 kali gaji Westbrook. “Ia pilih uang lebih, tapi kini tak ada yang gigit,” kata analis ESPN. Ini ironis—Westbrook, yang karirnya penuh trade dramatis, kini tunggu panggilan di bulan Oktober, saat tim lain sudah lengkap skuad.
Tawaran Luar NBA dan Prospek Comeback yang Tipis
Di tengah limbo, Westbrook dapat tawaran manis dari luar: Guangzhou Loong Lions di CBA China kasih 5 juta dollar per musim plus bonus, mirip Victor Oladipo yang pilih jalur serupa. “Itu opsi bagus untuk jam main, tapi hatiku di NBA,” katanya di Instagram Live minggu lalu. Tim potensial tetap ada: Kings butuh veteran rebounder untuk DeRozan, Bucks incar backup untuk Damian Lillard, dan Rockets—eks timnya—lihat ia mentor Jalen Green. Tapi peluang tipis: NBA lagi tren young guard, dan Westbrook tolak buyout murah. Kalau tak deal sebelum November, ia bisa join G-League atau overseas, tapi itu stigma untuk Hall of Famer potensial. Perkins khawatir: “Russ out of league kalau tak turun ego.” Positifnya, bentuk fisiknya prima—latihan di LA dengan trainer pribadi, fokus Achilles rehab. Comeback seperti Kyle Lowry (kembali ke 76ers usia 38) beri harapan, tapi Westbrook butuh tim rebuild yang haus leadership.
Kesimpulan
Russell Westbrook belum dapat tim di NBA karena combo mematikan: performa menurun yang tak adaptif, opt-out berisiko di free agency ketat, dan tawaran luar yang menggoda tapi tak ideal. Dari MVP ke free agent limbo Oktober 2025, ceritanya pilu tapi inspiratif—Russ pernah ubah basket dengan energi tak terbendung, kini harus adaptasi atau hadapi akhir. Kings atau Bucks mungkin selamatkan musimnya, tapi kalau CBA panggil, itu babak baru. Fans Thunder dan Pacers, pegang asa: Westbrook tak pernah menyerah, dan NBA butuh cerita comeback seperti ini. Siapa tahu, November nanti ia balik dengan triple-double lagi—atau setidaknya, spark yang dibutuhkan tim underdog.
Post Comment