Kegilaan SGA di Final NBA Match Ke-3
Kegilaan SGA di Final NBA Match Ke-3. Shai Gilgeous-Alexander, atau lebih dikenal sebagai SGA, point guard Oklahoma City Thunder, menciptakan kegilaan di Game 3 Final NBA 2025 melawan Indiana Pacers pada 11 Juni 2025 di Gainbridge Fieldhouse, Indianapolis. Meski Thunder kalah 107-116, penampilan SGA yang luar biasa dengan 36 poin, 7 assist, dan 6 rebound menegaskan statusnya sebagai MVP NBA 2024–2025. Setelah mendominasi Game 2 dengan 34 poin dan 8 assist, SGA kembali menjadi ancaman konstan bagi pertahanan Pacers, meskipun timnya gagal menahan momentum Tyrese Haliburton. Artikel ini mengulas aksi gemilang SGA di Game 3, dari statistik impresif hingga dampaknya pada seri dan inspirasi bagi penggemar basket, termasuk di Indonesia.
Performa Statistik yang Memukau
SGA menunjukkan mengapa ia adalah pencetak poin terbanyak liga di postseason 2025 dengan rata-rata 30.4 poin per game. Di Game 3, ia mencetak 36 poin dengan 13 dari 25 tembakan, termasuk 2 dari 5 tripoin, dan 8 dari 9 lemparan bebas. Ia juga menambah 6 rebound, 7 assist, dan 3 steal, menegaskan perannya sebagai pemain dua arah. Salah satu momen puncaknya adalah floater di kuarter ketiga yang memperkecil ketertinggalan Thunder menjadi 4 poin, memicu harapan comeback. Total 72 poinnya di dua game pertama Final NBA menjadikannya pemegang rekor poin terbanyak dalam debut final, melampaui Allen Iverson (71 poin pada 2001).
Dominasi di Pick-and-Roll
Kegilaan SGA di Game 3 terlihat dari kemampuannya memanfaatkan pick-and-roll, strategi yang membuat Pacers kewalahan. Dengan bantuan screener seperti Chet Holmgren, SGA kerap mengeksploitasi mismatch, terutama saat menghadapi Andrew Nembhard atau Tyrese Haliburton. Ia mencetak 12 poin langsung dari situasi pick-and-roll, termasuk mid-range jumper setelah mengelabui Myles Turner. Operan akuratnya ke Jalen Williams untuk tripoin di kuarter kedua menunjukkan visinya sebagai playmaker, yang kini rata-rata 6.8 assist di playoff. Taktik ini, yang menghasilkan 40 poin bagi Thunder di Game 2, tetap efektif meski Pacers berusaha menyesuaikan pertahanan.
Ketangguhan di Bawah Tekanan
Meski Thunder tertinggal hingga 12 poin di kuarter keempat, SGA menolak menyerah. Ia mencetak 10 poin di kuarter terakhir, termasuk and-one setelah menembus double-team Pascal Siakam dan Isaiah Hartenstein. Ketangguhannya mengingatkan pada performa 40 poinnya di Game 4 Western Conference Finals melawan Timberwolves, di mana ia juga mencatatkan 10 assist dan 9 rebound. Namun, upayanya tidak cukup untuk mengatasi ledakan Haliburton, yang mencetak tripoin krusial. Pelatih Pacers Rick Carlisle memuji konsistensi SGA, menyatakan, “Kamu bisa prediksi ia akan cetak 34 poin sebelum laga dimulai.”
Dukungan Tim dan Tantangan: Kegilaan SGA di Final NBA Match Ke-3
Kontribusi Rekan Setim
SGA mendapat dukungan dari Jalen Williams (18 poin) dan Chet Holmgren (15 poin, 7 rebound), tetapi kontribusi bangku cadangan Thunder lebih lemah dibandingkan Pacers, yang dipimpin Bennedict Mathurin dengan 27 poin. Alex Caruso, yang mencetak 20 poin di Game 2, hanya menyumbang 8 poin di Game 3, membatasi opsi serangan Thunder. Meski begitu, SGA tetap menjadi pusat strategi, menarik perhatian pertahanan dan membuka ruang bagi rekan setimnya.
Atmosfer Tandang: Kegilaan SGA di Final NBA Match Ke-3
Bermain di kandang Pacers dengan 47.000 penonton yang riuh, SGA menghadapi ejekan “free-throw merchant” karena keahliannya menarik pelanggaran. Namun, ia tetap tenang, mencatatkan hanya satu turnover. Atmosfer ini mirip dengan semangat suporter Indonesia saat Timnas basket bermain di SEA Games, menambah tekanan tetapi juga memicu adrenalin.
Inspirasi bagi Basket Indonesia: Kegilaan SGA di Final NBA Match Ke-3
Performa SGA menjadi inspirasi global, termasuk di Indonesia, di mana basket semakin digemari berkat prestasi timnas. Gaya bermainnya yang kreatif, dengan fokus pada mid-range dan drive (20 drive per game, terbanyak di NBA), dapat ditiru oleh pemain muda seperti Abraham Damar Grahita. Dedikasinya, yang membawa Thunder dari tim play-in pada 2022–2023 ke Final NBA, mengajarkan pentingnya kerja keras, resonan dengan perjuangan atlet Indonesia di kancah internasional.
Kesimpulan: Kegilaan SGA di Final NBA Match Ke-3
Kegilaan Shai Gilgeous-Alexander di Game 3 Final NBA 2025 menegaskan statusnya sebagai superstar. Dengan 36 poin, 7 assist, dan 6 rebound, ia hampir membawa Thunder mencuri kemenangan di kandang Pacers, meski akhirnya kalah 107-116. Dominasinya di pick-and-roll, ketangguhan di momen krusial, dan kemampuan menahan tekanan tandang menunjukkan kualitas MVP-nya. Meski dukungan tim terbatas dan atmosfer kandang Pacers menantang, SGA tetap menjadi ancaman utama. Bagi penggemar di Indonesia, aksi SGA adalah pengingat bahwa bakat dan konsistensi dapat mengubah permainan, mendorong generasi baru untuk bermimpi besar di lapangan basket. Dengan seri kini 2-1 untuk Pacers, dunia menantikan apakah SGA akan membalikkan keadaan di Game 4.
Post Comment