Jaxson Hayes Fokus Gedein Badan Untuk Musim Depan
Jaxson Hayes Fokus Gedein Badan Untuk Musim Depan. Jaxson Hayes lagi jadi sorotan di media day Los Angeles Lakers pada akhir September 2025, bukan karena drama transfer atau kontroversi, tapi fokusnya yang sederhana: nambah berat badan buat musim NBA 2025/26. Di usia 25 tahun, center 7 kaki ini bilang ia tambah 20 pon “berat sehat” selama offseason—dari 220 pon jadi sekitar 240 pon—buat hadapi peran baru sebagai starter utama setelah trade besar Anthony Davis ke Dallas Mavericks yang bawa Luka Doncic ke LA. Pelatih JJ Redick, yang ambil alih musim panas lalu, langsung puji komitmen Hayes, bilang ini langkah cerdas buat tim yang lagi rebuild di sekitar Doncic dan LeBron James. Lakers, juara Barat musim lalu tapi tersingkir di semifinal, kini andalkan Hayes sebagai benteng di paint setelah offload Davis. Dengan training camp baru mulai, Hayes keliatan lebih siap fisik—dan ini bisa jadi kunci buat Lakers saingi Nuggets atau Celtics. Fans Purple and Gold harap ini awal era baru, di mana Hayes gak lagi jadi “project” tapi kontributor nyata. BERITA BASKET
Mengenal Siapa Itu Jaxson Hayes: Jaxson Hayes Fokus Gedein Badan Untuk Musim Depan
Jaxson Hayes bukan nama baru di NBA, tapi karirnya penuh pasang surut yang bikin ia jadi cerita menarik. Lahir 23 Mei 2000 di Norman, Oklahoma, Hayes tumbuh di Cincinnati, Ohio, di mana ia main di Moeller High School—sekolah katolis terkenal yang produksi atlet top. Sebagai remaja, Hayes udah keliatan potensi: tinggi 6’11” dengan wingspan 7’4″, ia pilih Texas Longhorns buat satu musim college 2018/19. Di sana, di bawah pelatih Shaka Smart, Hayes main 21 menit per laga, rata-rata 6,5 poin, 4,2 rebound, dan 1,2 block—cukup buat draft ronde pertama pick ke-8 oleh Atlanta Hawks pada 2019. Hawks langsung trade ia ke New Orleans Pelicans, di mana ia debut rookie musim 2019/20 sebagai cadangan Zion Williamson: 5,7 poin, 3,1 rebound dalam 12 menit.
Karirnya naik-turun: di Pelicans, Hayes starter akhir musim 2021/22 dengan 10,7 poin dan 5,7 rebound dalam 23 laga terakhir, bantu tim clinch play-in. Tapi cedera dan inkonsistensi bikin ia trade ke Lakers Juli 2023 dengan kontrak satu tahun. Di LA, musim 2023/24 ia main 70 laga (starter 15), rata-rata 4,3 poin dan 3,0 rebound—peran terbatas di belakang Davis. Musim lalu 2024/25, ia naik jadi starter 35 laga pasca-trade Davis, dengan 6,8 poin, 4,8 rebound, 1,0 assist, dan 0,9 block dalam 19,5 menit—termasuk playoff di mana ia blok 2,2 per laga lawan Nuggets. Tinggi 7 kaki tapi bobot 220 pon bikin ia rentan dibully di paint, tapi atletisitasnya—vertikal 35 inci—bikin ia spesialis lob dan rim protection. Hayes wakili generasi big man modern: gak cuma tinggi, tapi haus berkembang, seperti ayahnya yang eks NFL tight end yang ajarin disiplin.
Kenapa Pemain Ini Ingin Membesarkan Badannya
Hayes pengen gedein badan karena peran barunya sebagai starting center Lakers pasca-trade Davis—posisi yang butuh kekuatan fisik buat box out, rebound, dan bertahan lawan monster seperti Nikola Jokic atau Joel Embiid. Musim lalu, dengan bobot 220 pon, Hayes sering kena kritik karena kurang massal: ia kalah 40 persen duel post-up dan cuma ambil 12 rebound per 36 menit, terutama di playoff di mana small-ball lineup Redick paksa ia ke bench. Di media day 29 September 2025, Hayes bilang, “Gue fokus nambah berat sehat—makan kalori tepat, protein tinggi, dan latihan strength tanpa hilangin kecepatan.” Ia tambah 20 pon selama offseason, dari 220 jadi 240 pon, lewat program nutrisi dengan trainer Lakers: campur weightlifting, plyometrics, dan diet 4.000 kalori/hari dengan ayam, telur, dan suplemen.
Alasan utama? Adaptasi ke sistem Redick yang andalkan paint protection—Hayes harus tahan double-team dari Doncic pick-and-roll tanpa kehilangin atletisitas. Cedera bahu musim lalu juga ingetin ia butuh massa buat lindungi tubuh. Plus, di usia 25, Hayes liat ini sebagai investasi jangka panjang: mirip Rudy Gobert yang tambah 20 pon awal karir buat jadi DPOY tiga kali. Redick puji: “Jaxson paham, berat bagus bikin ia lebih tangguh tanpa lambat.” Ini bukan cuma fisik; Hayes bilang ia belajar dari LeBron soal recovery, dan nambah massa ini bisa naikin rebound-nya dari 4,8 jadi 8+ per laga, bantu Lakers saingi Barat yang brutal.
Apakah Pemain Ini Dapat Menjadi Pemain Hebat di Masa Depan
Potensi Hayes jadi hebat lumayan besar, tapi tergantung konsistensi dan peran di Lakers. Kekuatannya jelas: rim protector elite dengan 1,2 block per 36 menit karir, atletisitas langka buat 7-footer (standing vert 28 inci), dan efisiensi shooting 68 persen di dekat ring. Musim lalu, ia plus-minus +4,2 saat starter, tunjukkin ia bisa anchor defense—mirip Clint Capela yang sukses di Atlanta. Dengan nambah berat, Hayes bisa capai 10 poin, 8 rebound, 1,5 block per laga, seperti target Redick. Peluang All-Defense? Ya, kalau ia perbaiki positional defense (ia switch 65 persen sukses lawan guard).
Tapi tantangan ada: ofensif terbatas—cuma 0,5 assist per laga, gak punya mid-range atau free-throw bagus (62 persen). Cedera kronis (absen 20 laga musim lalu) dan inkonsistensi rookie bisa hambat. Superkomputer Opta prediksi Hayes finis top-10 rebounder Barat kalau starter full, tapi kalau trade bait buat tax relief, potensinya mandek. Di usia 25, ia punya waktu: mirip Myles Turner yang meledak umur 26. Kalau stay di LA dan duet bagus sama Doncic, Hayes bisa jadi All-Star cadangan—tapi butuh mental tangguh buat saingi big man veteran.
Kesimpulan: Jaxson Hayes Fokus Gedein Badan Untuk Musim Depan
Fokus Jaxson Hayes gedein badan buat musim depan ini langkah pintar buat center muda yang siap ambil peran besar di Lakers pasca-era Davis. Dari draft pick ke-8 yang struggle, Hayes kini tambah 20 pon sehat buat jadi lebih tangguh di paint—dan potensinya buat jadi hebat nyata kalau ia konsisten. Redick dan LeBron dukung penuh, dan dengan atletisitas alaminya, Hayes bisa bantu Lakers buru gelar lagi. Buat fans, ini cerita underdog: dari bench warmer jadi starter, semoga offseason ini jadi turning point. NBA musim panjang, tapi Hayes keliatan siap—dan TD Garden, eh, Crypto.com Arena, tunggu aksinya.
Post Comment