Mengintip Latihan Basket Pemain Stephen Curry

mengintip-latihan-basket-pemain-stephen-curry

Mengintip Latihan Basket Pemain Stephen Curry. Musim NBA 2025-2026 mulai bergulir dengan training camp Golden State Warriors yang baru saja dibuka pada 1 Oktober di Chase Center, San Francisco. Stephen Curry, kapten tim berusia 37 tahun, tampil penuh energi di hari pertama, dikelilingi wajah baru seperti kakaknya Seth Curry yang baru direkrut, Al Horford dari Boston, serta De’Anthony Melton. Di bawah pelatih Steve Kerr, fokus utama adalah memaksimalkan trio bintang—Curry, Draymond Green, dan Jonathan Kuminga yang baru tanda tangan kontrak jangka panjang—untuk buru gelar keempat. Curry, yang musim lalu rata-rata 26.4 poin dengan akurasi tiga poin 40.8%, kini adaptasi rutinitasnya untuk integrasikan rekan baru. Sesi latihan hari pertama berlangsung intens tapi terkendali, dengan Curry sebagai pusat perhatian: membangun chemistry sambil jaga ketajaman ikoniknya. Penggemar bisa intip bagaimana Chef Curry siapkan resep kemenangan lewat tiga latihan kunci yang jadi sorotan. BERITA TERKINI

Latihan 1: Shooting Drills Off-Ball untuk Ketepatan Jarak Jauh: Mengintip Latihan Basket Pemain Stephen Curry
Hari pertama dimulai dengan shooting drills off-ball, spesialisasi Curry sejak era dynasty Warriors. Selama 50 menit di half-court, Curry fokus pada gerakan tanpa bola: curl screens, flare cuts, dan pin-downs yang simulasi set plays Kerr. Mulai dari baseline, dia sprint ringan ke wing, terima pass dari asisten, lalu lepaskan catch-and-shoot tiga poin—target 75% akurasi dari 25 upaya. “Ini soal ritme, bukan tenaga,” katanya sambil sesuaikan follow-through untuk tambah arc, hindari blok vertikal. Dengan Seth di sisi, drill tambah elemen family: pass antar saudara untuk build chemistry, seperti saat Seth set screen dan Curry pop out untuk splash brother moment.

Variasi lanjut ke moving screens dengan Horford sebagai screener, uji spacing baru. Curry capai 82% di spot-up threes, lalu transisi ke step-backs isolasi untuk antisipasi pertahanan ketat. Setiap miss diikuti feedback cepat via video replay: sudut bahu, keseimbangan kaki. Di usia ini, Curry tak lagi andalkan kecepatan murni, tapi efisiensi—seperti tambahan hesitation pull-up untuk ciptakan ruang ekstra. Sesi tutup dengan free throws di bawah tekanan, di mana dia string 48 dari 50, bukti mental toughness-nya. Latihan ini sederhana tapi vital: fondasi scoring Warriors yang bergantung pada volume tiga poin Curry.

Latihan 2: Conditioning Circuit Adaptif untuk Daya Tahan
Pindah ke gym utama, latihan kedua tekankan conditioning circuit, dirancang trainer Curry, Brandon Payne, untuk jaga stamina tanpa overwork. Durasi 55 menit, ini campur kardio dan kekuatan: mulai dengan 9-minute drill khas Curry—lari end-to-end sambil dribble, tambah shooting stations di setiap ujung. Dia lakukan 12 repetisi, monitor detak jantung di 160 bpm, lalu istirahat 30 detik. “Kita bangun engine, bukan bakar bensin,” ujar Payne, sambil pantau form untuk hindari strain lutut. Dengan Melton sebagai partner, circuit tambah battle drills: one-on-one defense sambil transisi ke sprint.

Bagian inti adalah core stability: Russian twists dengan medicine ball 10 pon, diikuti plank jacks untuk simulasi quick cuts. Curry integrasikan elemen basket dengan dribble figure-8 sembari squat jumps, jaga koordinasi. Evolusi rutinitas terlihat di sini—dulu dominan volume, kini prioritas recovery dengan cryotherapy break setiap 15 menit. Dia akhiri dengan agility ladder untuk lateral speed, tantang Kuminga dalam relay race ringan. Hasilnya? Curry selesai circuit tanpa drop intensitas, detak jantung pulih cepat ke 100 bpm. Ini tak hanya kuatkan fisik, tapi juga mental: persiapan untuk playoff grind di mana daya tahan Curry sering jadi penentu.

Latihan 3: Team Scrimmage 5-on-5 untuk Chemistry Baru
Sesi penutup kembali ke lapangan penuh untuk 5-on-5 scrimmage terbatas, 45 menit no-contact penuh untuk uji chemistry tanpa risiko. Dibagi dua tim, Curry pimpin starting unit dengan Green, Kuminga, Podziemski, dan Horford—lineup potensial Kerr. Mulai dari half-court sets, fokus pick-and-roll: Curry sebagai handler, Green set screen, lalu kick out ke Horford untuk spacing. Dia lakukan hesitation dribble, pull-up tiga dari logo—gerakan andalan yang masih memabukkan, ciptakan 8 poin di scrimmage pertama. “Rasanya seperti puzzle baru, tapi potongannya pas,” komentarnya setelah assist ke Seth untuk corner three.

Latihan lanjut ke full-court transition: Curry outlet pass ke wing, sprint untuk trail three, simulasi fast break Warriors klasik. Defensive end, dia ambil posisi guard, gunakan quick hands untuk steal, lalu lead counter. Dengan Butler—tunggu, maksudnya lineup baru—dia tantang Podziemski dalam iso matchups, pakai pump fake dan step-back untuk buka ruang. Chemistry terlihat saat Horford roll ke rim untuk lob dari Curry, atau Seth cut backdoor untuk easy bucket. Meski intensitas 70%, visi passing Curry tetap elite, thread needle lewat double-team. Sesi tutup dengan shooting contest: Curry menang hot round, kalahkan tim dengan 10 threes berturut-turut. Latihan ini menyenangkan tapi tajam: bangun ikatan tim untuk musim yang ambisius.

Kesimpulan: Mengintip Latihan Basket Pemain Stephen Curry
Intip latihan Stephen Curry di training camp Warriors seperti lihat maestro atur orkestra—setiap drill bagian dari simfoni kemenangan. Di usia 37, dengan tambahan Seth dan Horford, Curry tak lagi solois murni, tapi konduktor cerdas yang adaptasi cepat. Fokus pada shooting, conditioning, dan scrimmage ini tunjukkan strategi Kerr: maksimalkan bintang sambil jaga kesehatan. Absen cedera musim lalu jadi pelajaran; ramp-up ini bisa jadi kunci kembali ke Finals. Curry tinggalkan lapangan dengan high-five ke saudaranya, mata penuh api—siap sate lawan di opener lawan Lakers 22 Oktober. Bagi Dubs Nation, ini bukan sekadar latihan, tapi janji kebangkitan. Chef Curry lagi masak sesuatu yang spesial.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Post Comment